Ilustrasi | Okezone |
WWW.RAJAWALIPOST.BLOGSPOT.COM| JAKARTA - Dengan mengancam tidak akan memberi nilai dan izasah, seorang guru yang juga Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek) memaksa siswinya untuk memuaskan nafsu binatangnya dengan melakukan oral seks.
Hal tersebut dialami MA (17), seorang siswi kelas XII sebuah SMU di bilangan Matraman, Jakarta Timur. MA mengaku dipaksa untuk melakukan oral seks oleh seorang guru berinisial T, yang juga Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek), dengan ancaman tidak akan diberikan nilai dan ijasah jika korban tidak menuruti keinginannya.
Tak hanya sekali, guru yang seharusnya menjadi panutan itu memaksa MA memuaskan nafsunya hingga empat kali dalam rentang waktu bulan Juni dan Juli.
"Dia mengancam untuk tidak mengeluarkan nilai dan ijazah saya. Saya takut," kata korban saat ditemui di rumahnya, Kamis (28/2/2013).
MA menuturkan, peristiwa bejat itu pertama kali terjadi pada 26 Juni 2012 lalu. Saat itu dirinya yang sedang libur sekolah, mendadak ditelefon pelaku sekira pukul 15.00 WIB. Dengan alasan urusan sekolah, pelaku meminta MA bertemu di sebuah lokasi yang justru jauh dari sekolah.
"Akhirnya kira bertemu di depan BCA Utan Kayu. Baru saja bertemu dia sudah mencium tangan saya. Ada yang mau diomongin penting katanya, tapi saya diajak putar-putar dulu," tuturnya.
Setelah makan, dan berkeliling, pelaku yang sudah beristri dan beranak dua itu kemudian memarkirkan mobilnya di tempat yang gelap di daerah Ancol. Di lokasi itulah, pelaku memaksa korban melakukan perbuatan yang asusila.
Usai melakukan tindak asusila disertai dengan ancaman, pelaku sempat mengantar dan menurunkan korban di daerah Cempaka Putih. "Saya diturunin, dan dikasih uang Rp 50 ribu untuk naik taksi," terangnya.
Peristiwa ini terjadi pada bulan berikutnya sebanyak tiga kali. Terakhir, pelaku mengajak korban ke rumahnya di daerah Bekasi, yang sedang kosong karena istri dan dua anaknya sedang keluar. Di lokasi itu, pelaku ternyata telah menyiapkan segala sesuatunya. Bahkan, korban diminta untuk membuka bajunya.
"Saya menolak. Tapi dengan kondisi di rumah itu, sepertinya memang sudah direncanakan sebelumnya," ungkapnya.
Setelah nyaris menjadi korban kebejatan lebih jauh, korban menjauh dari pelaku. Telepon dan pesan pelaku tak digubrisnya. Tak tahan dengan sikap pelaku, korban kemudian menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada seorang guru yang dikenalnya cukup akrab.
"Saya nggak punya ayah, ada seorang guru yang dekat, dan saya cerita ke dia. Supaya tidak ada lagi kejadian begini," tukasnya sambil terisak. [okezone]
0 comments:
Post a Comment