Monday 18, Aug 2025

728x90 AdSpace

iframe frameborder="0" src="http://sebar.idblognetwork.com/psg_ppa.php?id_blog=16756&sz=728x90" width="738px" height="100px" marginwidth=0 marginheight=0 >
Latest News

    Unknown puisi Chairil Anwar

    DIPONEROGO
    Di masa pembangunan ini
    Tuan hidup kembali

    Dan bara kagum menjadi api

    Di depan sekali tujan menanti
    Tak gentar.lawan banyaknya seratus kali.
    Pedang di kanan,keris di kiri.
    Berselempang semangat yang tak bisa mati.

    MAJU

    Ini barisan tak bergenderang-berpalu
    Kepercayaan tanda menyerbu.

    Sekali berarti
    Sudah itu mati.

    MAJU

    Bagimu negeri
    Menyediakan api.

    Punah di atas menghamba
    Binasa di atas ditinda.

    Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
    Jika hidup harus merasai.

    Maju
    Serbu
    Serang
    Terjang
    Februari 1943


    TAK SEPADAN
    Aku kira
    Beginilah nanti jadinya
    Kau kawin.beranak dan berbahgia
    Sedangkan aku mengembara serupa Ahasveros.

    Di kutuk-sumpahi Eros
    Aku merangkaki dinding buta
    Tak satu juga pintu terpuka.

    Jadi baik juga kita padami
    Unggunan api ini
    Karena kau tidak’kan apa-apa
    Aku terpanggang tinggal rangka.
    Februari 1943


    SIA-SIA
    Penghabisan kali itu kau datang
    Membawa karangan kembang
    Mawar merah dan melati putih.
    Darah dan suci
    Kau tebarkan depanku
    Serta pandang yang memastikan: untukmu

    Sudah itu kita sama termangu
    Saling bertanya : apakah ini?
    Cinta? Keduanya tak mengerti

    Sehari itu kita bersama.tak hampir-menghampiri.

    Ah! Hatiku yang tak mau member
    Mampus kau di koyak-koyak sepi.
    Februari 1943

    AJAKAN
    Ida
    Menembus sudah caya
    Udara tebal kabut
    Kaca hitam lumut
    Pecah pencar sekarang
    Di ruang legah lapang
    Mari ria lagi
    Tujuh belas tahun kembali
    Bersepada sama gandengan
    Kita jalani ini jalan

    Ria bahgia
    Tak acuh apa-apa
    Gembira-girang
    Biar hujan datang
    Kita mandi-basahkan diri
    Tahu pasti sebentar kering lagi.
    Februari 1943

    SENDIRI
    Hidupnya tambah sepi,tambah hampa
    Malam apa lagi
    Ia memekik ngeri
    Dicekik kesunyian kamarnya

    Ia membenci.dirinya dari segala
    Yang minta perempuan untuk kawannya

    Bahaya dari tiap sudut.mendekat juga
    Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama.

    Terkejut ia terduduk.siapa memanggil itu?
    Ah! Lemah lesu ia tersedu: ibu! Ibu!
    Februari 1943

    PERLARIAN
    I

    Tak tertahan lagi
    Remang miang sengketa di sini

    Dalam lari
    Di hempaskannya pintu keras tak terhingga

    Hancur-luluh sepi seketika
    Dan panduan duja jiwa.

    II
    Dari kelam ke malam
    Tertawa-meringis malam menerimanya
    Ini batu baru tercampung dalam gelita
    “mau apa? Rayu dan pelupa ,
    Aku ada ! pilih saja!
    Bujuk dibeli?
    Atau sungai sunyi?
    Mari! Mari!
    Turut saja!”

    Tak kuasa – terengkam
    Ia dicengkam malam
    Februari 1943


    SUARA MALAM
    Dunia badai dan topan
    Manusia mengingatkan “ kebakaran di hutan”
    Jadi kemana
    Untuk damai dan reda?
    Mati.
    Barang kali ini diam kaku saja
    Dengan ketenangan selama bersatu
    Mengatasi suka duka
    Kekebalan terhadap debu dan nafsu
    Berbaring tak sedar
    Seperti kapal pecah di dasar lautan
    Jemu di pukul ombak besar.
    Atau ini.
    Peleburan dalam tiada
    Dan sekali akan menghadap cahaya,
    …………………………………….
    Ya Allah ! badanku terbakar-segala samar
    Aku sudah melewati batas.
    Kembali?pintu tertutup dengan keras
    Februari 1943

    Ciptaan alm.R.Saleh
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: puisi Chairil Anwar Rating: 5 Reviewed By: Agus setyadi