WWW.RAJAWALIPOST.BLOGSPOT.COM|TRIBUNNWES.COM - Hingga kini teka-teki penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, di Gunung Salak, Jawa Barat (Jabar), masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komite Nasional Keamanan Transportasi (KNKT).
Namun Sekretaris Jendral (Sekjen) Indonesia National Air Association (INACA), menduga kecelakaan itu disebabkan oleh faktor human eror.
Seperti dikutip dari thejakartapost.com Senin (14/5/2012), Tengku Burhanuddin menduga, pilot pesawat, Alexander Yablontsev mengabaikan keselamatan penumpang dengan melakukan manuver, memperlihatkan kemampuan pesawat yang dkemudikannya.
"Mereka ingin membuktikan seberapa baik Superjet 100itu. Itulah yang dilakukan orang ketika mereka mencari pelanggan potensial," ujarnya.
Burhanuddin mengatakan, pilot turun dari ketinggian jelajah untuk "pamer" kinerja jet, gerakan manuver sehingga penumpang dapat melihat daratan lebih dekat, dalam kondisi menyerupai pendaratan.
"Itu adalah perjalanan fantastis. Sebagai orang yang mencintai pesawat, saya bisa mengatakan bahwa saya masih merasa nyaman duduk di kursi penumpang, "katanya.
Burhanuddin menambahkan bahwa Superjet Sukhoi 100 tidak menunjukan tanda-tanda mengalami masalah teknis selama penerbangan demonstrasinya.
"Jet melaju lebih halus, lebih cepat, dan dengan kebisingan kurang dari Boeing atau Airbus," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Russia, Dmitry Rogozin juga mengutarakan dugaan serupa dengan Burhanudin, bahwa kesalahan manusia mungkin menjadi penyebab kecelakaan itu.
"Pendapat ahli primer menunjukkan bahwa teknologi bekerja dengan baik dan (penyebab) adalah mungkin faktor manusia," katanya seperti dikutip kantor berita RT.com.
Diketahui, pilot pesawat naas itu sempat menurunkan ketinggian pesawat dari 10 ribu hingga enam ribu kaki, setelah mendapatkan lampu hijau dari Air Traffic Control (ATC) di Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Pihak ATC Bandara Soekarno membela keputusannya dengan mengatakan bahwa pilot Alexsander Yablontsev diberi izin, dengan catatan menjaga jarak aman Gunung Salak.
Keputusan pilot untuk menurunkan ketinggian pesawat itu, menjadi pertanyaan sejumlah pilot lokal. (Sumber The Jakarta Post)
0 comments:
Post a Comment