728x90 AdSpace

iframe frameborder="0" src="http://sebar.idblognetwork.com/psg_ppa.php?id_blog=16756&sz=728x90" width="738px" height="100px" marginwidth=0 marginheight=0 >
Latest News

Bertaruh Nyawa Mencari Kotak Hitam Sukhoi di Gunung Salak

WWW.RAJAWALIPOST.BLOGSPOT.COM|Jakarta, (Analisa). Tidak mudah untuk mengevakuasi kotak hitam (black box) pesawat Sukhoi Superjet 100 yang hancur berkeping-keping di tebing puncak Gunung Salak, Kabupaten Bogor. Keberadaan kotak hitam sangat penting untuk mengetahui rekaman percakapan pilot. Untuk menemukannya, Tim Evakuasi harus bertaruh nyawa: tidur bergelantungan di tebing yang curam.
Kamis (10/5), tim Charli dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berangkat menuju Puncak Manik, Gunung Salak, untuk melakukan evakuasi. Tim Kopassus yang terdiri dari 20 orang menapaki jalur evakuasi bersama 200-anggota tim evakuasi gabungan lainnya.

Di puncak gunung, Tim Kopassus memutuskan untuk berpisah dengan rekan sesama kesatuan. Tim pertama dipimpin Sertu Abdul Haris dan beranggotakan tujuh orang, sementara tim lainnya sebanyak 13 orang dipimpin Lettu M Taufik Akbar.

Tim Abdul Haris berhasil membuka jalur pemanjatan tebing setinggi 500 meter dengan menggunakan tali panjat. "Bahkan kita harus tidur bergelantungan di tebing, dengan mengikatkan tali ke pohon yang masih tersisa di tebing," kata Taufik kepada wartawan, di Posko Cijeruk, Senin (14/5).

Tim harus bergelantungan di ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan tanah. Menyeramkan! "Sementara di bawah jaraknya sekitar 1 kilometer," kisah Taufik.

Tim harus bersusah payah mencari cara menggapai ekor pesawat yang hancur, hanya untuk mencari kotak hitam pesawat. "Bagian ekor bergelantungan di pohon-pohon yang tumbuh di jurang," ujarnya.

Setelah bertaruh nyawa, tim tidak menemukan kotak hitam yang dicari. Tim hanya menemukan ELT yang berfungsi mengantar sinyal ketika pesawat mengalami kecelakaan. Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke Posko Pengendalian Evakuasi yang berada di Posko Embrio, Cipelang. Tim baru tiba Senin (14/5) pagi. Temuan itu selanjutnya diserahkan ke Basarnas dan disaksikan oleh tim SAR dari Rusia.

ELT Tak Terdeteksi

Setelah dilihat Basarnas, perangkat komunikasi Sukhoi yang ditemukan Tim SAR berupa ELT (Emergency Locater Transmitter) ternyata menggunakan frekuensi lama. Wajar, kalau saat pesawat ini menabrak gunung, ELT tidak memancarkan frekuensi dan tidak ditangkap radar.

Hal ini disampaikan Roy Suryo yang dikenal sebagai pengamat telematika, Senin (14/5). Roy Suryo ikut bersama Basarnas ke Posko Cipelang (Embrio), Cijeruk, Kabupaten Bogor untuk melihat peralatan komunikasi Sukhoi yang ditemukan Tim SAR dari dekat.

Menurut Roy, dulu ELT bernama ELBA (emergency located beacon aircraft). "Ini sudah merupakan standar penerbangan sipil. Kalau ada pesawat jatuh dengan tekanan atau tinggi di atas lima, dia otomatis akan memancarkan frekuensi sehingga ketika dia jatuh, bisa dicari," kata Roy.

ELT ada tiga jenis, yaitu ELT untuk pendaki gunung, kapal laut, dan pesawat terbang. "Dia automatically on. Yang jadi pertanyaan kenapa ELT tidak terdengar sama sekali, ternyata terjawablah sekarang," ujar Roy.

"Yang kita jadikan panduan adalah monitor satelit yang kerjasama Basarnas, yang memonitor di frekuensi 406 MHz. Ternyata ELT yang digunakan pesawat Sukhoi ini masih menggunakan ELT frekuensi lama di 121.5 MHz (sebelumnya tertulis 105 Mhz-Red). Akibatnya, tidak lagi termonitor, karena 12.5 VHF itu jenis pancarannya line off sight, lurus. Anggap radio FM terhalang gunung, tidak bisa mancar. Kemarin andaikan sempat on, ELT tidak terdengar karena terhalang gunung," imbuh Roy yang juga anggota Komisi I DPR ini.

Dengan adanya bukti ELT di Sukhoi ini, kata Roy, setidaknya satu misteri sudah terbuka. "Indonesia rata-rata pakai frekuensi 406 MHz. Ini akan menjadi koreksi kalau pesawat ini masih dipasarkan," ujar dia. (dtc)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Bertaruh Nyawa Mencari Kotak Hitam Sukhoi di Gunung Salak Rating: 5 Reviewed By: Agus setyadi