Telah meninggal seorang maestro Dai Sejuta Umat.
Saya tau dari tulisan orang lain (sumber: lupa)
Yang ingin saya tulis adalah pendapat saya tentang Zainuddin MZ.
Bukan bidoata statistiknya.
Sejak pertama mendengar kaset ceramah Zainuddin MZ, saya langsung suka. Sehingga sejak saat itu beberapa koleksi ceramahnya selalu saya putar setiap sore menjelang azan Magrib. Bahkan suatu kali (1995) saya pernah cabut dari pekerjaan saya tanpa izin, karena ingin mendengar show akbar Zainuddin MZ di lapangan Imam Bonjol Padang, yang waktunya juga bertepatan pada hari kerja.
Kenapa saya suka?
Karena saya merasa terhibur dan semangat setiap mendengar ceramahnya. Saya merasakan Islam yang lapang dari dakwahnya. Bahkan lebih dari itu, dakwahnya bagi saya sekaligus sebagai suplemen psikologis ketika suasana hati saya lagi sedih dan pesimis.
Tapi waktu terus berjalan ….
Hingga saya banyak membaca. Dan akhirnya rajin menulis di dunia maya seperti saat ini, dimana tulisan saya juga banyak dibaca. Dan oleh sebagian pembaca dinilai begitu inspiratif. MAKA ….
Bagaimana pendapat akhir saya tentang Zainuddin MZ dalam kaitannya dengan pemahaman akan Islam?
Bagi saya, Zainuddin MZ adalah seorang orator ulung. Apapun model pemahaman yang disajikannya tetap memikat. Karena dia sangat menguasai teknik orasi. Dia memiliki daya pukau yang tinggi dalam presentasi. Banyak orang begitu kaya akan materi, tapi karena tidak menguasai teknik penyajian, maka pidato, ceramah dan orasinya menjadi tidak merangsang.
Begitu juga dengan sebuah tulisan. Banyak orang begitu hafal berbagai teori dan kutipan Tapi tulisannya tidak seksi. Tidak merangsang minat baca. Apa sebab?
Itulah yang dimiliki Zainuddin MZ.
Dia begitu lincah meramu materi ceramahnya.
Dia punya inner beauty orasi. Sens of komunikasinya sangat tinggi.
Membayangkan sosoknya, dengan gaya khas ceramahnya, mengingatkan saya pada konsep “ekstasi komunikasi” Jean Baudrillard. Masa, begitu terobsesi dengan nikmatnya sebuah komunikasi. Masa, terbius. Lagi, lagi, lagi dan lagi. Tidak soal apa isi yang dibicarakan, asal setiap melakukan kontak komunikasi selalu terasa nikmat. Yang penting adalah bagaimana mengemas sebuah isi. Bagaimana menyajiakan sesuatu agar menjadi memikat.
Dan konsep ekstasi komunikasi inilah yang dikelola dalam budaya popular. Budaya konsumeristik. Budaya show, shoping, even dan sejenisnya, adalah bentuk nyata dari prinsip ekstasi komunikasi. Masa, para klien, konsumen, larut dan asyik masyuk dengan produk-produk yang diluncurkan. Meskipun mereka tidak sadar semua itu untuk apa. Karena rasa sakaw akan kenikmatan itu sudah begitu membiusnya. Lagi, lagi dan lagi ….
Bagi saya,
Itulah yang paling khas pada Zainuddin MZ.
Dia seorang orator ulung.
Soal kedalamam materi kajian keislaman?
Saya tidak mencari jawabannya pada Zainuddin MZ.
Tapi ke pepustakaan dan toko buku.
0 comments:
Post a Comment