Sebagai seorang isteri, asli saya merasa tertekan ketika suami saya menikah lagi. Jujur, perasaan saya tidak bisa saya dustai. Membayangkan suami saya membagi kasih, memeluk wanita lain selain aku, oh .. saya tak sanggup. Benar-benar saya merasa tersiksa.
Tapi saya tak kuasa. Saya tidak berdaya apa-apa. Apapun alasan saya, suami saya begitu kukuh dengan pendiriannya. “Kamu harus patuh. Saya ini pemimpin dalam rumah tangga ini. Dan agama membolehkan saya menikah lagi. Apa kamu akan mendustai agama? Mengingkari hukum yang diberikan Tuhan?”
Saya pikir, Tuhan keliru. Kenapa aturannya tidak adil. Yang disebut adil hanya prilaku suami dalam membagi cinta. Dalam membagi tempat tidur. Sementara perasaan saya yang terluka, Tuhan tidak pernah pikirkan. Kenapa aturan poliami itu hanya untuk laki-laki. Benar-benar tidak adil. Dengan alasan agama dan Tuhan, suami saya rela merobek hati saya.
Atau!
Jangan-jangan itu hanya bisa-bisa tukang tulis Alquran saja. Saya tidak bermaksud mengkingkari agama apalagi melawan Tuhan. Tapi inilah perasaan terdalam saya. Poligami itu, benar-benar tidak sejalan dengan apa yang saya rasakan.
Oh … seandainya saya jadi Tuhan.
Akan saya robek ayat tentang poligami itu.
0 comments:
Post a Comment