AGOESSETYADI--Saat hamil
sebaiknya memang tidak banyak
mengonsumsi obat-obatan supaya
janinnya tidak cacat. Namun bagi
yang punya asma, obat-obat
pengontrol justru harus tetap
diminum untuk mencegah
kekambuhan yang berisiko
memicu kelahiran prematur.
Obat-obat pengontrol asma adalah
obat yang berfungsi untuk
mencegah kekambuhan. Berbeda
dengan obat pelega (reliever)
yang hanya dipakai saat terjadi
serangan asma, obat pengontrol
harus diminum secara teratur agar
penyandang asma bisa
beraktivitas tanpa khawatir sesak
napas.
Dokter spesialis paru RS
Persahabatan Jakarta, Dr Budhi
Antariksa, SpP(K), PhD
mengatakan bahwa obat-obat
pengontrol asma pada umumnya
bekerja hanya pada saluran napas.
Karenanya, obat ini aman untuk
dikonsumsi ibu hamil dan tidak
akan mempengaruhi kesehatan
janin.
Bahkan menurut Dr Budhi, ibu
hamil yang sering mengalami
serangan asma sebaiknya tetap
mengonsumsi obat pengontrol
untuk mencegah kekambuhan.
Serangan asma yang terjadi pada
masa kehamilan justru akan
berdampak buruk pada janin di
dalam kandungan.
"Pada beberapa kasus, kelahiran
prematur terjadi karena janin
merasa tidak nyaman di dalam
kandungan. Salah satu pemicunya
adalah kekurangan oksigen,"
ungkap Dr Budi usai menjadi
pembicara dalam Talk Show You
Can Control Your Asthma di RS
Persahabatan, Rawamangun,
Kamis (9/6/2011).
Serangan asma terjadi akibat
penyempitan saluran napas yang
dipicu oleh radang atau disertai
kerusakan jaringan di saluran
napas. Penyempitan tersebut tidak
hanya menyebabkan ibu hamil
mengalami sesak napas, tapi juga
membuat kondisi kandungannya
kekurangan oksigen.
Dr Budhi juga menambahkan,
riwayat asma jangan pernah
dijadikan alasan untuk takut hamil
karena bisa dikontrol dengan obat-
obatan. Bahkan pada banyak
kasus, serangan asma justru
berkurang ketika terjadi kehamilan
akibat adanya pengaruh faktor
hormonal.
"Hanya sepertiga kasus yang
asmanya memburuk saat hamil.
Sepertiga lainnya tidak
terpengaruh, sedangkan sisanya
justru membaik. Jadi tidak ada
pengaruhnya secara langsung
antara asma dengan kehamilan,"
ungkap Dr Budhi.
sebaiknya memang tidak banyak
mengonsumsi obat-obatan supaya
janinnya tidak cacat. Namun bagi
yang punya asma, obat-obat
pengontrol justru harus tetap
diminum untuk mencegah
kekambuhan yang berisiko
memicu kelahiran prematur.
Obat-obat pengontrol asma adalah
obat yang berfungsi untuk
mencegah kekambuhan. Berbeda
dengan obat pelega (reliever)
yang hanya dipakai saat terjadi
serangan asma, obat pengontrol
harus diminum secara teratur agar
penyandang asma bisa
beraktivitas tanpa khawatir sesak
napas.
Dokter spesialis paru RS
Persahabatan Jakarta, Dr Budhi
Antariksa, SpP(K), PhD
mengatakan bahwa obat-obat
pengontrol asma pada umumnya
bekerja hanya pada saluran napas.
Karenanya, obat ini aman untuk
dikonsumsi ibu hamil dan tidak
akan mempengaruhi kesehatan
janin.
Bahkan menurut Dr Budhi, ibu
hamil yang sering mengalami
serangan asma sebaiknya tetap
mengonsumsi obat pengontrol
untuk mencegah kekambuhan.
Serangan asma yang terjadi pada
masa kehamilan justru akan
berdampak buruk pada janin di
dalam kandungan.
"Pada beberapa kasus, kelahiran
prematur terjadi karena janin
merasa tidak nyaman di dalam
kandungan. Salah satu pemicunya
adalah kekurangan oksigen,"
ungkap Dr Budi usai menjadi
pembicara dalam Talk Show You
Can Control Your Asthma di RS
Persahabatan, Rawamangun,
Kamis (9/6/2011).
Serangan asma terjadi akibat
penyempitan saluran napas yang
dipicu oleh radang atau disertai
kerusakan jaringan di saluran
napas. Penyempitan tersebut tidak
hanya menyebabkan ibu hamil
mengalami sesak napas, tapi juga
membuat kondisi kandungannya
kekurangan oksigen.
Dr Budhi juga menambahkan,
riwayat asma jangan pernah
dijadikan alasan untuk takut hamil
karena bisa dikontrol dengan obat-
obatan. Bahkan pada banyak
kasus, serangan asma justru
berkurang ketika terjadi kehamilan
akibat adanya pengaruh faktor
hormonal.
"Hanya sepertiga kasus yang
asmanya memburuk saat hamil.
Sepertiga lainnya tidak
terpengaruh, sedangkan sisanya
justru membaik. Jadi tidak ada
pengaruhnya secara langsung
antara asma dengan kehamilan,"
ungkap Dr Budhi.
0 comments:
Post a Comment