Posting cerpen by: rifa
FATIMAH AZ-ZAHRA
(By: rifa X-2)
Fatimah Az-zahra adalah seorang remaja muslimah yang dikenal sebagai remaja yang cerdas,pintar,ramah,bersahabat dan selalu bertutur kata sopan. Semua orang memanggilnya Rara. Sekarang Rara telah duduk di bangku SMA. Meskipun kegiatan di sekolahnya sangat padat,tak pernah sekalipun ia melalaikan kewajibannya terhadap Allah SWT. Setiap hari sepulang sekolah ia tak pernah langsung pulang kerumahnya,melainkan singgah sesaat di mushola sekolah untuk melaksanakan shalat fardlu dzuhur, mengingat jarak rumahnya yang cukup jauh dari sekolah. Ia takut jika kehabisan waktu untuk shalat.
Bersama teman-temannya Rara aktif dalam OSIS di sekolahnya. Di oganisasi itu pula ia pertama kalinya mengenal Gabriel Geovani,kakak kelasnya yang mempunyai keyakinan yang berbeda dengannya. Diam-diam Gabriel menaruh rasa pada Rara. Rara sadar akan hal itu. Namun Rara hanya menganggapnya sebagai teman dan sekaligus kakak. Gabriel tak menyerah.. ia terus saja mengejar Rara untuk mendapatkan cintanya. Dan pada suatu malam mereka saling berkirim pesan singkat.
Gabriel: “Rara…aku sangat mengagumi kecantikanmu. Maukah engkau menjadi kekesihku…? Sejak pertama kali melihatmu benih cinta mulai tersemai di hatiku”
Rara: “Maaf kakak…kita tidak mungkin bersama.. J Perbedaan antara kita sangatlah besar… dan tidak hanya itu…aku juga tidak ingin membuat hati siapapun terluka kelak.”
Gabriel: “tapi kenapa…? Apa karena kita berbeda keyakinan..? Ooh..ayolah Rara….itu bukan merupakan penghalang besar untuk kita…. Aku sangat mencintaimu… teganya engkau membiarkan aku yang telah lama menginginkanmu sendirian dan terus-menerus tersayat-sayat saat memandagmu…?”
Rara: “Dalam agamaku tidak ada sesuatu yang di sebut dengan pacaran dan sejenisnya. Juga agamaku mengharamkan untuk menjalin hubungan baik nikah maupun luar nikah dengan selain saudara seiman setaqwa.”
Gabriel: “ohh…jadi kamu menginginkanku untuk menjadi seorang muslim layaknya engkau…? Baiklah jika itu dapat membuatmu mencintaiku. Aku rela di kucilkan oleh keluargaku hanya demi kamu.”
Rara: “tidak..!! bukan itu yang aku inginkan. Tetaplah menjadi dirimu sendiri.”
Gabriel: “tapi aku serius Ra… aku benar benar ingin menjadi seorang muslim… demi kamu Ra…”
Rara: “baiklah jika engkau ingin menjadi seorang muslim.. tapi sebaiknya perbaiki dulu niatmu agar tidak menyesal kelak.”
Gabriel: “maksud kamu Ra...?”
Rara:” sudahlah…! Kamu dapat bercerita tentang apa yang kita bicarakan malam ini pada teman-teman muslimmu, dan tanyakanlah apa yang salah pada pembicaraan ini.... jangaan hubungi aku sebelum kita menjadi saudara seiman…”
***
Pagi harinya,Gabriel tidak menemukan Rara di seluruh sudut sekolah. Ia pun bertanya kepada teman-teman di kelasnya kenapa rara tidak masuk sekolah secara tiba-tiba, namun tak ada yang dapat memberinya jawaban. Semuanya hanya berkata ‘tidak tau kak…!’. Beberapa hari ia telah mencari Rara. Ia juga telah mencoba menghubungi Rara,namun handphonenya tidak lagi aktif. Ia semakin penasaran,kenapa Rara tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Beberapa hari berikutnya Gabriel mencoba mendatangi rumah Rara,namun ternyata rumah itu sudah di tinggal sejak beberapa hari lalu. Gabriel pun bertanya pada tetangga Rara,namun tidak di beri jawaban kemana Rara dan keluarganya pergi. Tetangga Rara hanya memberikan sepucuk surat untuk Gabriel yang katanya itu adalah titipan dari Rara.
Surat itu berisi:
“assalamu’alaikum
Gabriel kakakku,..maafkan Rara ya…J. Rara pergi tidak pamit kakak dan teman-teman. Insyaallah jika di ijinkan, 6-12 bulan lagi Rara akan kembali. Sebelumnya Rara minta maaf atas semua kesalahan Rara. Tolong juga permintaan maaf Rara ini di sampaikan kepada teman-teman
Oh iya…jika kakak benar-benar ingin menjadi seorang muslim,ikhlaskan dan teguhkan hati kakak untuk benar-benar menjadi seorang muslim sejati, hanya karena Allah SAW dan bukan karena aku ataupun siapapun.
Kalau seandainya dalam waktu 1 tahun Rara tidak kembali, kakak bisa hubungi ke nomor 082256230961. Nomor itu akan di aktifkan satu tahun kedepan. Itupun kalau kakak sudah benar-benar menjadi saudara seimanku.
Sekian ya kak. Jangan cari aku.
wassalam”
Gabriel hanya terdiam. Tak mampu berkata apa-apa.
***
Satu tahun berlalu. Kini,Gabriel telah menepati janjinya terhadap Rara dan memperbaiki niatnya masuk Islam. Bukan lagi karena cintanya terhadap Rara, melainkan cintanya terhadap karunia Allah yang begitu indah. Ia pun masih ingat dengan apa yang Rara minta setelah ia menjadi seorang muslim. Ia segera memencet nomor tujuannya. Dan..Tuuut…tuuut… telfon tersambung. Terdengar seseorang di sebrang sana menjawab telfonnya.
“haloo,,assalamu’alaikum…”
“waalaikum salam… bisa saya bicara dengan Rara...?”
“hmm…maaf,,dengan siapa saya bicara…?”
“saya Gabriel,temannya Rara.. bisa saya bicara dengan rara sekarang…?”
“ooh..anda yang bernama Gabriel yaa... oh iya… saya kakaknya Rara. Sebelum Rara pergi, dia sempat nitipin sesuatu untuk kamu.”
“kalau boleh tau Rara pergi kemana…? Dia nitip apa untuk aku…?”
“hmm..kamu kasih saja alamat kamu,besok titipan Rara sampai di rumahmu. Besok semuanya akan terjawab.”
“ya...baiklah… terimakasih sebelumnya.. wassalamu’alaikum.”
“waalaikum salam.”
***
Hari yang Gabriel nantikan pun tiba. Sepucuk surat ia temukan di bis surat depan rumahnya. Ternyata itu adalah surat yang Rara tulis untuknya.
“Assalamu’alaikum saudaraku…
Bagaimana kabarnya…? Lama tak berjumpa…
Hmm…mungkin selama ini kamu bertanya-tanya kemana saja aku hingga genap setahun tidak ada kabar dan tak sekalipun ke sekolah… itu semua bukan gara-gara aku marah dengan kamu. Bukan karena aku menghindar dari kamu. Jawabannya hanya satu. Yaitu aku berangkat ke Singapura untuk menjalani rangkaian pengobatan dan kemotherapy. 2 tahun sebelum aku menulis surat ini aku telah di vonis oleh dokter bahwa aku terkena penyakit kanker darah(leukimia). Inilah alasan kenapa sejak vonis itu aku tak pernah menanggapi para pria yang mendekatiku. Aku hanya tak ingin membuat mereka terluka karena kepergianku yang selamanya. Termasuk kamu. Aku minta maaf banget kalau selama ini kamu merasa tertipu olehku. Tapi aku harap kamu tak pernah menyesal telah masuk ajaran Rasulullah SAW. Maaf juga kalau Rara tidak dapat menepati janji untuk kembali ke sini. Rara harus pergi ke tempat yang telah Allah sediakan untuk Rara.
Saudaraku, kamu adalah orang yang baik. Jadi percayalah…suatu saat engkau juga akan mendapatkan jodoh yang baik pula. Bahkan jauh lebih baik dariku.
Sekian dulu ya..sampai jumpa di surga indah Allah SWT.
Wassalamu’alaikum
Saudaramu, Fatimah Az-zahra”
***
Gabriel tersenyum dalam tangis. Ia tak pernah tahu jika selama ini rara sakit
.“terimakasih Rara.. tanpamu mugkin aku tidak akan merasakan kedamaian bersama saudara-saudara baruku ini. Terimakasih pula telah menuntunku menjadi muslim yang baik.,…J”,ujar gabriel sambil menitihkan air mata.
Dan sejak saat itulah Gabriel menjadi lebih optimis dam menjalani kehidupan barunya sebagai seorang muslim.Dan tentang Fatimah Az-zahra,,layaknya namanya…dia benar-benar sosok bunga yang semerbak baunya. Bahkan sebelum meninggal pun ia sempat menuntun seorang ‘NONIS’ menjadi seorang muslim yang taat.Subhanallah…
***TAMAT***
FATIMAH AZ-ZAHRA
(By: rifa X-2)
Fatimah Az-zahra adalah seorang remaja muslimah yang dikenal sebagai remaja yang cerdas,pintar,ramah,bersahabat dan selalu bertutur kata sopan. Semua orang memanggilnya Rara. Sekarang Rara telah duduk di bangku SMA. Meskipun kegiatan di sekolahnya sangat padat,tak pernah sekalipun ia melalaikan kewajibannya terhadap Allah SWT. Setiap hari sepulang sekolah ia tak pernah langsung pulang kerumahnya,melainkan singgah sesaat di mushola sekolah untuk melaksanakan shalat fardlu dzuhur, mengingat jarak rumahnya yang cukup jauh dari sekolah. Ia takut jika kehabisan waktu untuk shalat.
Bersama teman-temannya Rara aktif dalam OSIS di sekolahnya. Di oganisasi itu pula ia pertama kalinya mengenal Gabriel Geovani,kakak kelasnya yang mempunyai keyakinan yang berbeda dengannya. Diam-diam Gabriel menaruh rasa pada Rara. Rara sadar akan hal itu. Namun Rara hanya menganggapnya sebagai teman dan sekaligus kakak. Gabriel tak menyerah.. ia terus saja mengejar Rara untuk mendapatkan cintanya. Dan pada suatu malam mereka saling berkirim pesan singkat.
Gabriel: “Rara…aku sangat mengagumi kecantikanmu. Maukah engkau menjadi kekesihku…? Sejak pertama kali melihatmu benih cinta mulai tersemai di hatiku”
Rara: “Maaf kakak…kita tidak mungkin bersama.. J Perbedaan antara kita sangatlah besar… dan tidak hanya itu…aku juga tidak ingin membuat hati siapapun terluka kelak.”
Gabriel: “tapi kenapa…? Apa karena kita berbeda keyakinan..? Ooh..ayolah Rara….itu bukan merupakan penghalang besar untuk kita…. Aku sangat mencintaimu… teganya engkau membiarkan aku yang telah lama menginginkanmu sendirian dan terus-menerus tersayat-sayat saat memandagmu…?”
Rara: “Dalam agamaku tidak ada sesuatu yang di sebut dengan pacaran dan sejenisnya. Juga agamaku mengharamkan untuk menjalin hubungan baik nikah maupun luar nikah dengan selain saudara seiman setaqwa.”
Gabriel: “ohh…jadi kamu menginginkanku untuk menjadi seorang muslim layaknya engkau…? Baiklah jika itu dapat membuatmu mencintaiku. Aku rela di kucilkan oleh keluargaku hanya demi kamu.”
Rara: “tidak..!! bukan itu yang aku inginkan. Tetaplah menjadi dirimu sendiri.”
Gabriel: “tapi aku serius Ra… aku benar benar ingin menjadi seorang muslim… demi kamu Ra…”
Rara: “baiklah jika engkau ingin menjadi seorang muslim.. tapi sebaiknya perbaiki dulu niatmu agar tidak menyesal kelak.”
Gabriel: “maksud kamu Ra...?”
Rara:” sudahlah…! Kamu dapat bercerita tentang apa yang kita bicarakan malam ini pada teman-teman muslimmu, dan tanyakanlah apa yang salah pada pembicaraan ini.... jangaan hubungi aku sebelum kita menjadi saudara seiman…”
***
Pagi harinya,Gabriel tidak menemukan Rara di seluruh sudut sekolah. Ia pun bertanya kepada teman-teman di kelasnya kenapa rara tidak masuk sekolah secara tiba-tiba, namun tak ada yang dapat memberinya jawaban. Semuanya hanya berkata ‘tidak tau kak…!’. Beberapa hari ia telah mencari Rara. Ia juga telah mencoba menghubungi Rara,namun handphonenya tidak lagi aktif. Ia semakin penasaran,kenapa Rara tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Beberapa hari berikutnya Gabriel mencoba mendatangi rumah Rara,namun ternyata rumah itu sudah di tinggal sejak beberapa hari lalu. Gabriel pun bertanya pada tetangga Rara,namun tidak di beri jawaban kemana Rara dan keluarganya pergi. Tetangga Rara hanya memberikan sepucuk surat untuk Gabriel yang katanya itu adalah titipan dari Rara.
Surat itu berisi:
“assalamu’alaikum
Gabriel kakakku,..maafkan Rara ya…J. Rara pergi tidak pamit kakak dan teman-teman. Insyaallah jika di ijinkan, 6-12 bulan lagi Rara akan kembali. Sebelumnya Rara minta maaf atas semua kesalahan Rara. Tolong juga permintaan maaf Rara ini di sampaikan kepada teman-teman
Oh iya…jika kakak benar-benar ingin menjadi seorang muslim,ikhlaskan dan teguhkan hati kakak untuk benar-benar menjadi seorang muslim sejati, hanya karena Allah SAW dan bukan karena aku ataupun siapapun.
Kalau seandainya dalam waktu 1 tahun Rara tidak kembali, kakak bisa hubungi ke nomor 082256230961. Nomor itu akan di aktifkan satu tahun kedepan. Itupun kalau kakak sudah benar-benar menjadi saudara seimanku.
Sekian ya kak. Jangan cari aku.
wassalam”
Gabriel hanya terdiam. Tak mampu berkata apa-apa.
***
Satu tahun berlalu. Kini,Gabriel telah menepati janjinya terhadap Rara dan memperbaiki niatnya masuk Islam. Bukan lagi karena cintanya terhadap Rara, melainkan cintanya terhadap karunia Allah yang begitu indah. Ia pun masih ingat dengan apa yang Rara minta setelah ia menjadi seorang muslim. Ia segera memencet nomor tujuannya. Dan..Tuuut…tuuut… telfon tersambung. Terdengar seseorang di sebrang sana menjawab telfonnya.
“haloo,,assalamu’alaikum…”
“waalaikum salam… bisa saya bicara dengan Rara...?”
“hmm…maaf,,dengan siapa saya bicara…?”
“saya Gabriel,temannya Rara.. bisa saya bicara dengan rara sekarang…?”
“ooh..anda yang bernama Gabriel yaa... oh iya… saya kakaknya Rara. Sebelum Rara pergi, dia sempat nitipin sesuatu untuk kamu.”
“kalau boleh tau Rara pergi kemana…? Dia nitip apa untuk aku…?”
“hmm..kamu kasih saja alamat kamu,besok titipan Rara sampai di rumahmu. Besok semuanya akan terjawab.”
“ya...baiklah… terimakasih sebelumnya.. wassalamu’alaikum.”
“waalaikum salam.”
***
Hari yang Gabriel nantikan pun tiba. Sepucuk surat ia temukan di bis surat depan rumahnya. Ternyata itu adalah surat yang Rara tulis untuknya.
“Assalamu’alaikum saudaraku…
Bagaimana kabarnya…? Lama tak berjumpa…
Hmm…mungkin selama ini kamu bertanya-tanya kemana saja aku hingga genap setahun tidak ada kabar dan tak sekalipun ke sekolah… itu semua bukan gara-gara aku marah dengan kamu. Bukan karena aku menghindar dari kamu. Jawabannya hanya satu. Yaitu aku berangkat ke Singapura untuk menjalani rangkaian pengobatan dan kemotherapy. 2 tahun sebelum aku menulis surat ini aku telah di vonis oleh dokter bahwa aku terkena penyakit kanker darah(leukimia). Inilah alasan kenapa sejak vonis itu aku tak pernah menanggapi para pria yang mendekatiku. Aku hanya tak ingin membuat mereka terluka karena kepergianku yang selamanya. Termasuk kamu. Aku minta maaf banget kalau selama ini kamu merasa tertipu olehku. Tapi aku harap kamu tak pernah menyesal telah masuk ajaran Rasulullah SAW. Maaf juga kalau Rara tidak dapat menepati janji untuk kembali ke sini. Rara harus pergi ke tempat yang telah Allah sediakan untuk Rara.
Saudaraku, kamu adalah orang yang baik. Jadi percayalah…suatu saat engkau juga akan mendapatkan jodoh yang baik pula. Bahkan jauh lebih baik dariku.
Sekian dulu ya..sampai jumpa di surga indah Allah SWT.
Wassalamu’alaikum
Saudaramu, Fatimah Az-zahra”
***
Gabriel tersenyum dalam tangis. Ia tak pernah tahu jika selama ini rara sakit
.“terimakasih Rara.. tanpamu mugkin aku tidak akan merasakan kedamaian bersama saudara-saudara baruku ini. Terimakasih pula telah menuntunku menjadi muslim yang baik.,…J”,ujar gabriel sambil menitihkan air mata.
Dan sejak saat itulah Gabriel menjadi lebih optimis dam menjalani kehidupan barunya sebagai seorang muslim.Dan tentang Fatimah Az-zahra,,layaknya namanya…dia benar-benar sosok bunga yang semerbak baunya. Bahkan sebelum meninggal pun ia sempat menuntun seorang ‘NONIS’ menjadi seorang muslim yang taat.Subhanallah…
***TAMAT***
0 comments:
Post a Comment