Tiga Dosa Besar
“Maukah kalian aku kasih berita tentang dosa apa yang paling besar?"
Para sahabat berkata, 'Tentu saja ya Rasulullah'.
Kemudian Rasulullah melanjutkan pembicaraannya, 'Mempersekutukan Allah, kemudian durhaka kepada orangtua, dan janji palsu. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu Bakrah).
Penjelasan:
Hadis ini mengungkapkan bahwa ada tiga macam dosa besar yang harus kita hindari, yaitu mempersekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, dan janji palsu (kata-kata dusta). Secara eksplisit hadis ini lebih menekankan dosa yang ketiga, yaitu janji palsu.
Mengapa demikian? Diriwayatkan, ketika Rasulullah mengatakan dosa pertama dan kedua beliau mengatakannya dalam posisi berdiri sambil bersandar, kemudian beliau duduk dan mengatakan, "janji palsu" berulang-ulang.
Pertama, mempersekutukan Allah. Sudah sangat jelas bagi kita bahwa mempersekutukan Allah adalah rajanya dosa, dan orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan ampunan Allah hingga ia benar-benar kembali pada Allah. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surat Lukman ayat 13 : "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar".
Ayat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud, di mana Rasulullah mengatakan bahwa dosa paling besar di sisi Allah adalah menjadikan sesuatu sebagai tandingan-Nya, padahal engkau tahu bahwa Allah-lah yang menciptakanmu.
Kedua, durhaka kepada orangtua. Ditempatkannya durhaka kepada orangtua sebagai dosa besar setelah mempersekutukan Allah terasa sangat pantas sekali karena dalam Alquran berbakti kepada Allah selalu digandengkan dengan berbakti kepada orangtua. Allah bersabda, Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu (QS. Lukman: 14). Bahkan dalam satu keterangan disebutkan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya dan untuk berbakti kepada orangtua.
Andai kita cermati ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban untuk berbakti kepada orangtua, maka kita akan menemui perintah untuk memberikan perlakukan terbaik bagi mereka. Sampai-sampai kita dilarang untuk mengatakan uf, ah, atau sejenisnya. Bahkan kita pun diharuskan tetap berbuat baik kepada mereka walaupun mereka mempersekutukan Allah (QS. Lukman: 15).
Ketiga, janji palsu. Rasulullah mengulang-ulang kata ini sampai tiga kali. Menurut para ahli hadis pengulangan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa mengingkari janji termasuk dosa yang sangat berbahaya.
Dalam Alquran pun, masalah ingkar janji diulang-ulang sampai beberapa kali, salah satunya terdapat dalam surat Al-Hajj ayat 30, "Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta".
Dalam Surat Al-Furqan, ketika Allah menceritakan orang-orang yang mendapatkan berkah, salah satu kriterianya adalah orang-orang yang tidak pernah bersaksi dengan saksi-saksi palsu. Dari sini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mengingkari janji termasuk dosa besar dan menunaikannya adalah perbuatan mulia.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa janji palsu termasuk salah satu kriteria sifat munafik, selain berbicara dusta, mengabaikan amanat (khianat), dan lari dari pertempuran.
Larangan untuk mengingkari janji disebutkan pula dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, "Janganlah mencela saudaramu. Jangan pula mempermainkannya. Dan janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya lalu kamu mengkhianatinya" (HR. Tirmidzi).
Sahabat, selalu menepati janji adalah harga diri seorang Muslim, di mana pun dan kapan pun ia akan selalu menepatinya. Seperti halnya Rasulullah yang rela menunggu selama tiga hari karena janji bertemu, begitu pula kita seharusnya.
sumber : republika Online
“Maukah kalian aku kasih berita tentang dosa apa yang paling besar?"
Para sahabat berkata, 'Tentu saja ya Rasulullah'.
Kemudian Rasulullah melanjutkan pembicaraannya, 'Mempersekutukan Allah, kemudian durhaka kepada orangtua, dan janji palsu. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu Bakrah).
Penjelasan:
Hadis ini mengungkapkan bahwa ada tiga macam dosa besar yang harus kita hindari, yaitu mempersekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, dan janji palsu (kata-kata dusta). Secara eksplisit hadis ini lebih menekankan dosa yang ketiga, yaitu janji palsu.
Mengapa demikian? Diriwayatkan, ketika Rasulullah mengatakan dosa pertama dan kedua beliau mengatakannya dalam posisi berdiri sambil bersandar, kemudian beliau duduk dan mengatakan, "janji palsu" berulang-ulang.
Pertama, mempersekutukan Allah. Sudah sangat jelas bagi kita bahwa mempersekutukan Allah adalah rajanya dosa, dan orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan ampunan Allah hingga ia benar-benar kembali pada Allah. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surat Lukman ayat 13 : "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar".
Ayat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud, di mana Rasulullah mengatakan bahwa dosa paling besar di sisi Allah adalah menjadikan sesuatu sebagai tandingan-Nya, padahal engkau tahu bahwa Allah-lah yang menciptakanmu.
Kedua, durhaka kepada orangtua. Ditempatkannya durhaka kepada orangtua sebagai dosa besar setelah mempersekutukan Allah terasa sangat pantas sekali karena dalam Alquran berbakti kepada Allah selalu digandengkan dengan berbakti kepada orangtua. Allah bersabda, Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu (QS. Lukman: 14). Bahkan dalam satu keterangan disebutkan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya dan untuk berbakti kepada orangtua.
Andai kita cermati ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban untuk berbakti kepada orangtua, maka kita akan menemui perintah untuk memberikan perlakukan terbaik bagi mereka. Sampai-sampai kita dilarang untuk mengatakan uf, ah, atau sejenisnya. Bahkan kita pun diharuskan tetap berbuat baik kepada mereka walaupun mereka mempersekutukan Allah (QS. Lukman: 15).
Ketiga, janji palsu. Rasulullah mengulang-ulang kata ini sampai tiga kali. Menurut para ahli hadis pengulangan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa mengingkari janji termasuk dosa yang sangat berbahaya.
Dalam Alquran pun, masalah ingkar janji diulang-ulang sampai beberapa kali, salah satunya terdapat dalam surat Al-Hajj ayat 30, "Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta".
Dalam Surat Al-Furqan, ketika Allah menceritakan orang-orang yang mendapatkan berkah, salah satu kriterianya adalah orang-orang yang tidak pernah bersaksi dengan saksi-saksi palsu. Dari sini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mengingkari janji termasuk dosa besar dan menunaikannya adalah perbuatan mulia.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa janji palsu termasuk salah satu kriteria sifat munafik, selain berbicara dusta, mengabaikan amanat (khianat), dan lari dari pertempuran.
Larangan untuk mengingkari janji disebutkan pula dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, "Janganlah mencela saudaramu. Jangan pula mempermainkannya. Dan janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya lalu kamu mengkhianatinya" (HR. Tirmidzi).
Sahabat, selalu menepati janji adalah harga diri seorang Muslim, di mana pun dan kapan pun ia akan selalu menepatinya. Seperti halnya Rasulullah yang rela menunggu selama tiga hari karena janji bertemu, begitu pula kita seharusnya.
sumber : republika Online
0 comments:
Post a Comment