Ilmuwan telah menemukan sebuah sistem biner
yang terdiri dari dua buah bintang
‘white dwarf’ atau bintang yang berada di akhir masa hidupnya.
Uniknya, kedua bintang ini
diperkirakan akan saling bertabrakan
dan melahirkan sebuah bintang baru.
Seperti diketahui, Matahari kita, dan
lebih dari 90 persen dari seluruh
bintang yang ada di galaksi Bima
Sakti, suatu saat akan masuk ke tahap
bintang white dwarf yang merupakan
bintang dengan inti yang redup, memudar karena reaksi fusi nuklir
telah berhenti.
Bara api yang sedang mendingin ini,
yang saat ini jumlahnya mencapai
sekitar 10 persen dari seluruh bintang
yagn ada di galaksi kita, umumnya
memiliki bobot antara 40 sampai 90
persen massa Matahari kita namun dipadatkan dalam sebuah bola
berukuran sebesar planet Bumi.
Sepasang bintang yang tengah saling
mengitari satu sama lain sendiri sudah
ditemukan sebelumnya. Akan tetapi
ini merupakan yang pertamakali
sepasang bintang yang saling berotasi
dan akan bertabrakan dan membentuk bintang baru.
“Bintang-bintang ini sudah mengarungi hampir seluruh masa
hidupnya. Saat mereka bergabung,
mereka akan terlahir kembali dan
menjalani kehidupan kedua,” kata Mukremin Kilic, astronom dari
Harvard-Smithsonian Center for
Astrophysics, Cambridge,
Massachusetts, Amerika Serikat.
Dikutip dari Space, 12 Mei 2011, sistem
biner yang baru ditemukan itu disebut
SDSS J010657.39-100003.3 dan
berada di konstelasi Cetus, yang
berada di jarak 7.800 tahun cahaya
dari Bumi. Mereka ditemukan dalam sebuah survey yang dilakukan
bersama dengan MMT Observatory di
Mount Hopkins, Arizona, Amerika
Serikat.
Sistem biner itu terdiri dari sepasang
bintang white dwarf. Satu bintang
yang terlihat dan satu lagi tidak
terlihat yang keberadaannya
diindikasikan dengan bagaimana ia
membelokkan secara gravitasi bintang yang terlihat.
Bintang yang terlihat sendiri bobot
sekitar 17 persen dari massa Matahari,
adapun bintang lainnya memiliki
massa 43 persen Matahari. Astronom
yakin kedua bintang itu terdiri dari
helium. Kedua bintang white dwarf ini saling
mengorbit satu sama lain dengan
jarak 225 ribu kilometer lebih dekat
dibanding jarak Bumi dengan Bulan.
Mereka berputar dengan kecepatan
1,6 juta kilometer per jam dan menyelesaikan satu rotasi hanya
dalam waktu 39 menit. Sejauh ini,
mereka merupakan pasangan bintang
yang paling cepat berotasi yang
pernah ditemukan.
Berhubung mereka saling berputar
dalam jarak yang dekat, mereka
membelokkan struktur ruang dan
waktu, menghasilkan riak yang
membawa pergi energi, yang
menyebabkan mereka berputar semakin mendekat. Setelah itu, dalam
37 juta tahun mendatang, kedua
bintang ini akan saling bertabrakan. Pada laporan yang dipublikasikan di
jurnal Royal Astronomical Society,
peneliti menyebutkan, proses
penggabungan white dwarf sendiri
bisa memunculkan ledakan
supernova. Akan tetapi, itu hanya terjadi jika dua bintang yang
bergabung memiliki total massa 140
persen dibanding Matahari.
Menurut peneliti, kedua bintang yang
akan bergabung ini tidak memiliki
sumber daya yang cukup untuk
menghasilkan ledakan supernova.
Tetapi mereka cukup besar untuk
memaksa atom-atom helium di sisa- sisa penggabungan untuk menyala.
Dimulainya fusi nuklir di bintang yang
beru bergabung itu akan
membuatnya bersinar seperti
layaknya bintang biasa sampai
akhirnya ia akan mendingin dan
kembali menjadi white dwarf.
“Kemungkinan ada banyak bintang- bintang seperti ini di galaksi,” kata Kilic. “Saat ini kami tengah mencari biner white dward lain yang lebih
dekat untuk bergabung, dan kami
memprediksi bahwa ada peluang
besar untuk menemukannya,” ucapnya.(sumber:vivanews)
yang terdiri dari dua buah bintang
‘white dwarf’ atau bintang yang berada di akhir masa hidupnya.
Uniknya, kedua bintang ini
diperkirakan akan saling bertabrakan
dan melahirkan sebuah bintang baru.
Seperti diketahui, Matahari kita, dan
lebih dari 90 persen dari seluruh
bintang yang ada di galaksi Bima
Sakti, suatu saat akan masuk ke tahap
bintang white dwarf yang merupakan
bintang dengan inti yang redup, memudar karena reaksi fusi nuklir
telah berhenti.
Bara api yang sedang mendingin ini,
yang saat ini jumlahnya mencapai
sekitar 10 persen dari seluruh bintang
yagn ada di galaksi kita, umumnya
memiliki bobot antara 40 sampai 90
persen massa Matahari kita namun dipadatkan dalam sebuah bola
berukuran sebesar planet Bumi.
Sepasang bintang yang tengah saling
mengitari satu sama lain sendiri sudah
ditemukan sebelumnya. Akan tetapi
ini merupakan yang pertamakali
sepasang bintang yang saling berotasi
dan akan bertabrakan dan membentuk bintang baru.
“Bintang-bintang ini sudah mengarungi hampir seluruh masa
hidupnya. Saat mereka bergabung,
mereka akan terlahir kembali dan
menjalani kehidupan kedua,” kata Mukremin Kilic, astronom dari
Harvard-Smithsonian Center for
Astrophysics, Cambridge,
Massachusetts, Amerika Serikat.
Dikutip dari Space, 12 Mei 2011, sistem
biner yang baru ditemukan itu disebut
SDSS J010657.39-100003.3 dan
berada di konstelasi Cetus, yang
berada di jarak 7.800 tahun cahaya
dari Bumi. Mereka ditemukan dalam sebuah survey yang dilakukan
bersama dengan MMT Observatory di
Mount Hopkins, Arizona, Amerika
Serikat.
Sistem biner itu terdiri dari sepasang
bintang white dwarf. Satu bintang
yang terlihat dan satu lagi tidak
terlihat yang keberadaannya
diindikasikan dengan bagaimana ia
membelokkan secara gravitasi bintang yang terlihat.
Bintang yang terlihat sendiri bobot
sekitar 17 persen dari massa Matahari,
adapun bintang lainnya memiliki
massa 43 persen Matahari. Astronom
yakin kedua bintang itu terdiri dari
helium. Kedua bintang white dwarf ini saling
mengorbit satu sama lain dengan
jarak 225 ribu kilometer lebih dekat
dibanding jarak Bumi dengan Bulan.
Mereka berputar dengan kecepatan
1,6 juta kilometer per jam dan menyelesaikan satu rotasi hanya
dalam waktu 39 menit. Sejauh ini,
mereka merupakan pasangan bintang
yang paling cepat berotasi yang
pernah ditemukan.
Berhubung mereka saling berputar
dalam jarak yang dekat, mereka
membelokkan struktur ruang dan
waktu, menghasilkan riak yang
membawa pergi energi, yang
menyebabkan mereka berputar semakin mendekat. Setelah itu, dalam
37 juta tahun mendatang, kedua
bintang ini akan saling bertabrakan. Pada laporan yang dipublikasikan di
jurnal Royal Astronomical Society,
peneliti menyebutkan, proses
penggabungan white dwarf sendiri
bisa memunculkan ledakan
supernova. Akan tetapi, itu hanya terjadi jika dua bintang yang
bergabung memiliki total massa 140
persen dibanding Matahari.
Menurut peneliti, kedua bintang yang
akan bergabung ini tidak memiliki
sumber daya yang cukup untuk
menghasilkan ledakan supernova.
Tetapi mereka cukup besar untuk
memaksa atom-atom helium di sisa- sisa penggabungan untuk menyala.
Dimulainya fusi nuklir di bintang yang
beru bergabung itu akan
membuatnya bersinar seperti
layaknya bintang biasa sampai
akhirnya ia akan mendingin dan
kembali menjadi white dwarf.
“Kemungkinan ada banyak bintang- bintang seperti ini di galaksi,” kata Kilic. “Saat ini kami tengah mencari biner white dward lain yang lebih
dekat untuk bergabung, dan kami
memprediksi bahwa ada peluang
besar untuk menemukannya,” ucapnya.(sumber:vivanews)
0 comments:
Post a Comment